Senin, 12 Maret 2018

DEEPLY IN LOVE WITH PUBLIC TRANSPORTATION

Setelah beberapa waktu lamanya, akhirnya saya (mau gak mau) pulang dari kantor menggunakan transportasi umum. Awal cerita, pagi hari saya berangkat dari rumah ke kantor menyetir mobil kantor dan memang berniat untuk pulang ga bawa kendaraan. Gak ada rasa males, malah tertantang karena penasaran dengan estimasi biaya dan waktu yg keluar jika menggunakan transportasi umum. Biasa saya menggunakan kendaraan pribadi, dengan jarak tak kurang dari 19-23km, dan dengan bahan bakar tak kurang dari 5 liter untuk menempuh jalan menuju rumah, membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

Pukul 19:15 saya dari Central Park jalan kaki menuju halte busway untuk naik TransJakarta. Di pintu masuk halte, saya membayar Rp3500 dan kira-kira nunggu 15 menitan untuk dapat bis TransJakarta menuju halte Grogol 2, karena halte tersebut adalah halte untuk transit melanjutkan perjalanan saya menuju Lebak Bulus. Sesampai di halte Grogol 2, saya berjalan menuju ke halte TransJakarta yg arah Lebak Bulus, dan tak membutuhkan waktu yang lama.

Sepanjang perjalanan, bis TransJakarta yang saya tumpangi relatif nyaman dengan AC yang dingin, sehingga tidak terasa pengap atau terganggu dengan bau-bau tidak sedap karena AC panas. Dan kebetulan (beruntungnya saya) bis yang saya tumpangi ini relatif tidak begitu ramai, hanya sekitar 15-20 menit perjalanan saya berdiri, lalu dapat tempat duduk.



Sampai di halte Lebak Bulus kira-kira pukul 20:35, saya melanjutkan untuk naik angkot berwarna merah yang biasa lewat depan jalan rumah saya. Namun (sepertinya) karena agak kemaleman, angkot yg biasa saya naiki S12 sudah ga keliatan lagi. Tak berhenti usaha saya untuk tetep naik transportasi umum, saya melihat angkot berwarna merah yang tertulis trayeknya Lebak Bulus - Pondok Labu sehingga tak pikir dua kali untuk naik angkot tersebut, walau saya ga liat ada stiker S12 di angkot tsb.



Saya pikir angkot tsb sama-sama lewat Karang Tengah Raya (org Lebak Bulus pasti paham). Namun ternyata angkot tsb belok lewat Jl. Pertanian, which is berbelok dr seharusnya arah menuju rumah saya dan terlampau agak jauh!!! Tak pikir panjang lagi, daripada saya jalan jauh mending saya minta driver untuk berhenti ke daerah yg sekiranya membuat saya jalan ga begitu jauh menuju rumah. Lalu saya bilang ke drivernya "kiri pak" dan menyiapkan uang Rp4000. Alangkah kagetnya saya, karena uang yang saya sodorkan ditolak mentah-mentah!!! Saya cuma heran liat angkot tsb berjalan meninggalkan saya, petunjuk yang saya temui di angkot tsb bertuliskan OKTRIP.

Lalu saya melanjutkan perjalanan ke rumah, berjalan dari Jalan Pertanian Raya menuju rumah saya di daerah Jalan Gunung Balong yang kira-kira jarak tempuh sekitar 1-2 kilometer, dan tepat pukul 21:00 saya sampai di rumah.

Lalu sesampainya saya di rumah, saya memikirkan sejenak perjalanan pulang tadi, review komparasi antara saya membawa kendaraan pribadi dengan menggunakan transportasi publik, ini bener-bener ga masuk akal dalam penghematannya. Jika saya bawa kendaraan pribadi, ongkos untuk saya pulang tidak kurang dari Rp50.000 (utk uang parkir dan bensinnya) dibandingkan dengan saya naik transportasi umum, dari kantor saya sampai ke rumah hanya menghabiskan uang Rp3.500 padahal dengan waktu tempuh yang kurang lebih sama. Bahkan sepanjang perjalanan, saya tidak mengeluhkan tentang kenyamanan transportasi umum ini karena memang sudah jauuuuuuh lebih nyaman dibanding waktu-waktu terdahulu.

Ini pengalaman saya dalam mencoba naik transportasi umum lagi selama beberapa waktu lalu lamanya tidak menggunakan transportasi umum. Bahkan pengalaman ini benar-benar membuat saya berpikir dua kali untuk mengendarai kendaraan pribadi ke kantor, karena transportasi publik sekarang sudah dapat diandalkan dan jauh lebih baik. Apalagi didukung juga oleh adanya transportasi online yang bisa melengkapi kemudahan dalam bepergian dengan transportasi umum, sehingga tidak ada alasan lagi kalo naik transportasi umum itu ribet dan tidak nyaman.