Senin, 20 Januari 2014

Kekejaman PKI yang masih dipertanyakan

Beberapa waktu yang lalu, saya begitu memperhatikan tentang kejadian G30S-PKI yang sudah lalu terjadi pada 30 September 1965. Saya kebetulan sangat suka memperhatikan sejarah-sejarah bangsa Indonesia karena begitu banyak kejadian-kejadian bersejarah yang tak terlupakan bagi banyak orang di masa lalu.

Dalam pembahasan ini,saya menyorot tentang bagaimana kejamnya para anggota PKI saat masa lalu. Kebetulan suatu waktu, teman saya menawarkan film yang berjudul "The Act of Killing"



Yang akan saya bahas disini adalah bukan review dari film tersebut. Namun yang membuat saya tertarik untuk mencari tau tentang apa isi film ini adalah karena pemain/pemeran-pemerannya adalah seseorang yang dulunya menjadi pembunuh kaum aliran kiri (komunis) dan pembunuh anggota-anggota PKI yang berlokasi di Medan,Sumatera Utara.

Ada terdapat suatu hal yang membuat saya cukup kaget, bahwa ternyata PKI tak sekejam yang diceritakan oleh sejarah. Bahkan ada salah satu pemeran utama (Anwar Kongo) mengakui "PKI/orang komunis tidak sadis, masih lebih sadis saya yang membunuh mereka". Dalam benak saya, kok ternyata sejarah yang sudah tertulis di buku sekolah tidak sama seperti yang ada kenyataannya (setelah pengakuan saksi hidup).

Bukti film itu tidak cukup menyurutkan rasa penasaran saya terhadap kekejaman komunis, bahkan membuat saya lebih penasaran mengapa bisa berbeda antara sejarah dengan kenyataan. Dan setelah saya googling mengenai sesuatu kejanggalan G30S-PKI, saya menemukan sesuatu informasi yang cukup mencengangkan dari link berikut:
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/10/111528548/Penghianatan-G-30-S-PKI-Menuai-Kejanggalan-Sejarah

Di salah satu isi kutipan artikel tersebut dikatakan bahwa pada rezim Soeharto, film Penghianatan G30S-PKI yang populer selalu diputar setiap tahun pada tanggal 30 September malam. Namun saat berakhir rezim Soeharto (1998) film yang biasa diputar tiap tahun tiba-tiba dihentikan dan tidak pernah diputar lagi. Sangat jelas terlihat bahwa film itu menjadi bentuk propaganda untuk meruntuhkan PKI di Indonesia, membuat & menanamkan kebencian rakyat terhadap PKI.

Saya menyimpulkan, bahwa sepertinya Komunis tidak sesadis yang dipaparkan dalam buku pendidikan sejarah. Bahkan dari pengakuan Anwar Kongo, ia mengakui bahwa PKI tidak sesadis itu (seperti dlm buku sejarah). Namun bukan berarti PKI tidak salah sama sekali. Saya hanya memperhatikan sesuatu sejarah yang janggal karena menarik untuk pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar