Senin, 05 Januari 2015

AFTA 2015 bagi Indonesia

Menarik untuk membahas AFTA,karena sistem perdagangan yang akan berlaku di ASEAN ini membawa pengaruh juga ke bangsa kita Indonesia. Sebelum masuk ke dalam ‘apa itu AFTA’ atau dalam istilah Indonesia disebut sebagai Perdagangan Bebas ASEAN, marilah kita merunut terlebih dahulu tentang bagaimana latar belakang terbentuknya AFTA itu sendiri.

Pergeseran sistem ekonomi internasional menimbulkan dampak besar bagi dinamika hubungan perdagangan antar negara. Sistem ekonomi internasional bergeser ke arah pasar bebas. Akibatnya, negara-negara dituntut untuk dapat mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju sistem perdagangan bebas. Untuk menghadapi hal ini, pada tahun 1992, ASEAN yang saat itu beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand membuat AFTA agreement (dan disetujui dalam KTT ASEAN 28 Januari 1992 di Singapura).

Pada saat itu, Kepala Negara sepakat mengumumkan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN dalam jangka waktu 15 tahun. Inti pokoknya adalah kerjasama antar Negara-Negara ASEAN dalam membentuk kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN. Ini adalah AFTA secara sederhananya.
Tujuan dari AFTA adalah sebagai berikut :
  1. Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
  2. Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI)
  3. Meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (Intra-ASEAN Trade).
Dalam perkembangannya anggota ASEAN lain masuk secara bertahap, seperti Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997) dan Kamboja (1999). Namun ada beberapa negara yang juga ikut dengan menandatangani perjanjian bilateral, seperti China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.

Berdasarkan kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN terakhir di Phnom Penh. Pada bulan Desember 2015, AFTA akan mulai diberlakukan. Hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama, yaitu aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, aliran modal dan aliran bebas tenaga kerja terampil.



Apa keuntungan yang didapat oleh Indonesia sendiri ?

Keuntungan AFTA yang dapat diperoleh bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
  1. Peluang pemasaran barang ke ASEAN akan jauh lebih besar dan akan meningkatkan pendapatan penduduk Indonesia.
  2. Biaya produksi akan lebih murah dan Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang besar karena rata-rata produknya adalah impor.
  3. Pilihan pembeli akan menjadi lebih variatif.
  4. Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN.


Banyak yang mengatakan bahwa AFTA tidak menguntungkan Indonesia ?

Di sini, saya mengambil ucapan Dr. Ichsanuddin Noorsy bahwa AFTA tidak menguntungkan Indonesia. AFTA hanya menguntungkan bagi negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini mengacu pada lima indikator :
  1. Indikator persaingan. Mengambil Global Competitive Report 2011 – 2012, Indonesia berada di peringkat 44 – masih berada di bawa negara-negara ekonomi utama ASEAN, seperti Thailand (38), Malaysia (26), dan Singapura (3).
  2. Indikator SDM. Mengambil Human Development Index 2011 yang dikeluarkan UNDP menyebutkan, Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang dinilai (setingkat Honduras, Kiribati dan Afrika Selatan).
  3. Indikator Performa. Mengambil Logistic Performance Index.
  4. Indikator Teknologi : Tinggi, Menengah dan Bawah.
  5. Indikator perbandingan rata-rata sistem politik, sistem pemerintahan dengan PDB dan struktur di dalamnya.

Intinya dari lima indikator di atas, Indonesia kalah dengan tiga negara : Singapura, Malaysia dan Thailand. Selain itu, Pemerintah dianggap masih belum bisa memberikan perlindungan secara merata sehingga belum siap menghadapi AFTA 2015.

Mari kita ambil contoh di aspek infrastruktur yang berkaitan dengan bidang konstruksi. Dengan adanya AFTA 2015, diharapkan adanya peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, terutama di daerah tertinggal karena investasi akan datang lebih banyak (swasta). Akan tetapi pembangunan infrastruktur membutuhkan tenaga ahli yang lebih banyak pula. Dikhawatirkan, tenaga ahli yang dimiliki akan kalah bersaing dengan tenaga ahli dari luar atau tenaga ahli dalam negeri akan dibeli oleh negara luar. Kita akan jadi “kacung’ di negeri sendiri.

Menurut saya,paling terutama kita harus membekali diri dengan skill maupun prestasi yang baik,agar dapat bersaing dengan para pekerja dari luar negeri. Bagi para mahasiswa terutama,tidak bisa menjadi mahasiswa biasa. Harus menjadi mahasiswa yang kompeten,ber-skill,dan memiliki prestasi akademik maupun non-akademik. Karena persaingan kita di masa yang akan datang lebih berat dan keras.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar